Aqiqah adalah salah satu tradisi Islami yang kaya akan makna dan sejarahnya. Tradisi ini memiliki peran penting dalam memuliakan kelahiran dan menyambut anak baru ke dalam keluarga. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi sejarah aqiqah, maknanya, serta bagaimana tradisi ini masih berlangsung hingga saat ini.
Bagaimana sejarah Aqiqah? Ini Penjelasannya
Aqiqah berasal dari kata Arab “?????” yang berarti ‘mengiris’ atau ‘memotong’. Tradisi aqiqah telah ada sejak zaman Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW.
Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi Muhammad SAW pernah berkata, “Setiap anak tergadai dengan aqiqahnya, disembelih untuknya pada hari ketujuh, diberi nama, dan dicukur rambutnya.”
Sejarah aqiqah mencerminkan penghargaan terhadap kelahiran anak sebagai anugerah dari Allah, dan sebagai bentuk rasa syukur kepada-Nya. Praktik ini dilakukan dengan mengorbankan hewan, seperti kambing atau domba, yang kemudian diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan, termasuk yang kurang mampu.
Bagaimana sejarah Aqiqah? Ini Maknanya
Aqiqah memiliki makna yang mendalam dalam Islam. Salah satu maknanya adalah sebagai tanda syukur kepada Allah atas kelahiran seorang anak. Ketika seorang anak lahir, orang tua bersyukur kepada Allah dengan menyembelih hewan sebagai tanda rasa terima kasih.
Selain itu, aqiqah juga berfungsi sebagai perlindungan bagi anak yang baru lahir. Dalam tradisi Islam, aqiqah dianggap sebagai bentuk perlindungan dan doa untuk keselamatan anak. Melalui tindakan ini, orang tua berharap agar anak mereka akan mendapatkan perlindungan dan berkat dari Allah.
Prosedur Aqiqah
Aqiqah memiliki prosedur yang khusus dalam pelaksanaannya. Biasanya, aqiqah dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak. Proses ini melibatkan penyembelihan hewan, seperti kambing atau domba, sesuai dengan jumlah anak yang lahir.
Daging hasil sembelihan ini kemudian dibagi-bagikan kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti keluarga, teman, dan fakir miskin. Selain itu, dalam proses aqiqah, anak yang baru lahir juga diberi nama. Pemberian nama ini memiliki makna dan filosofi tersendiri, yang sering kali berkaitan dengan harapan orang tua untuk anaknya.
Kesinambungan Tradisi
Meskipun zaman telah berubah sejak tradisi aqiqah pertama kali muncul, praktik ini masih sangat hidup dan relevan dalam masyarakat Islam saat ini. Orang-orang Muslim di seluruh dunia masih melaksanakan aqiqah sebagai bagian dari budaya mereka.
Selain itu, aqiqah juga memberikan peluang bagi umat Islam untuk berbagi kebahagiaan kelahiran anak dengan orang-orang yang membutuhkan. Ini adalah bentuk amal dan kebaikan yang mendalam dalam Islam.
Aqiqah dalam Konteks Modern
Dalam dunia modern, praktik aqiqah masih berlangsung dan terus mengalami perubahan sesuai dengan kondisi dan tuntutan zaman. Orang tua mungkin akan lebih memperhatikan aspek kesejahteraan anak, pendidikan, dan perlindungan fisik dan spiritual.
Akan tetapi, nilai-nilai tradisi aqiqah, seperti rasa syukur, berbagi, dan perlindungan, tetap relevan dan berdampak dalam kehidupan keluarga Muslim. Sebab beberapa keluarga mungkin memilih untuk menggabungkan aspek tradisional dan modern dalam pelaksanaan aqiqah.
Mereka mungkin mengadakan acara khusus untuk keluarga dan teman-teman dekat, di mana mereka dapat berkumpul, berdoa bersama, dan menyantap hidangan yang diolah dari daging hewan aqiqah. Selain itu, mereka juga bisa menyumbangkan sebagian daging kepada yang membutuhkan sebagai bentuk amal.
Demikian mengenai sejarah aqiqah, dan untuk melaksanakan sunnah ini maka percayakan saja pada Cahaya Aqiqah. Selain melakukan sesuai syariat, juga cita rasa masakannya pun lezat. Sehingga, tidak hanya soal syariatnya, tetapi juga kelayakannya untuk dibagikan.